KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang Iklan dan Dimensi Etisnya yang
sengaja penulis pilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan
perlu mendapat dukungan dari semua pihak.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru / dosen
pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
wssalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
i.
D
A F T A R I S I
KATA
PENGANTAR ………………………………………………
i
DAFTAR ISI ……………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. DEFINISI
IKLAN …………………………………………… 2
B. FUNGSI
IKLAN …………………………………….……. 4
C. BEBERAPA
PERSOALAN ETIS……………………………………… 6
D. MAKNA
ETIS MENIPU DALAM IKLAN…………………………… 7
E. KEBEBASAN
KONSUMEN ………………………………………….. 8
BAB
III PENUTUP
A. SIMPULAN
……………………………………………… 9
B. SARAN ………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 10
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
Salah satu
topik dari etika bisnis yang banyak mendapat perhatian sampai sekarang, yaitu
mengenai iklan. Sudah umum diketahui bahwa abad kita ini adalah abad informasi.
Iklan memainkan peran yang sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang
suatu produk kepada masyarakat. Karena kecenderungan yang berlebihan untuk
menarik konsumen agar membeli produk tertentu dengan memberi kesan dan pesan
yang berlebihan tanpa memperhatikan berbagai norma dan nilai moral, iklan
sering menyebabkan citra bisnis tercemar sebagai kegiatan tipu menipu, dan
karena itu seakan antara bisnis dan etika ada jurang yang tak terjembatani.
Kebudayaan
masyarakat modern adalah kebudayaan massa, kebudayaan serba instant dan
kebudayaan serba tiruan. Iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu
strategi pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan barang yang hendak di jual
kepada konsumen. Dengan ini iklan berfungsi mendekatkan konsumen dengan
produsen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah
dihasilkan bisa di jual kepada konsumen. Pada hakikatnya secara positif iklan
adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang konsumen dapat
dijual kepada konsumen.
1
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI IKLAN
Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah
sponsor. Pemasaran melihat
iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya
dari promosi termasuk publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.
Menurut
Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya
pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan
atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau
untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea,
institusi-institusi tau pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut.
Iklan
adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Dengan iklan perusahaan ingin
menarik perhatian calon konsumen tentang barang atau jasa yang ditawarkannya.
Banyak orang memutuskan membeli suatu barang atau jasa karena pengaruh iklan
yang sedemikian atraktif tampilan visualnya. Kecermatan menimbang dan
rasionalitas pemikiran seringkali ‘kalah wibawa’ dengan semangat hedonis yang
ditawarkan iklan. Tapi selalu saja banyak orang yang kemudian kecewa, karena
spesifikasi atau manfaat barang yang dibeli tidak seperti yang
ditawarkan.
Iklan
mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun
negatif. Iklan ikut menentukan penilaian masyarakat mengenai baik buruknya
kegiatan bisnis. Sayangnya, lebih banyak kali iklan justru menciptakan citra
negatif tentang bisnis, seakan bisnis adalah kegiatan tipu-menipu, kegiatan
yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, yaitu keuntungan. Ini
karena iklan sering atau lebih banyak kali memberi kesan dan informasi yang
berlebihan, kalau bukan palsu atau terang-terangan menipu, tentang produk
tertentu yang dalam kenyataannya hanya akan mengecoh dan mengecewakan
masyarakat konsumen. Karena kecenderungan yang berlebihan untuk menarik
konsumen agar membeli produk tertentu dengan dengan memberi kesan dan pesan
yang berlebihan tanpa memperhatikan berbagai norma dan nilai moral, iklan sering menyebabkan
citra bisnis tercemar sebagai kegiatan tipu-menipu, dan karena itu seakan
antara bisnis dan etika ada jurang yang tak terjembatani.
2
Citra ini
semakin mengental dalam sistem pasar bebas
yang mengenal kompetisi yang ketat di antara banyak perusahaan dalam
menjual barang dagangan sejenis. Dalam sistem ekonomi di mana belum ada
diversifikasi besar-besaran atas barang dagangan, hampir terdapat monopoli
alamiah dari satu atau dua perusahaan saja jenis barang tertentu sehingga iklan
belum sepenuhnya menjadi persoalan etis yang serius. Dalam pasar bebas di mana
terdapat beragam jenis barang dan jasa, semua pihak berusaha dengan segala cara
untuk menarik konsumen atau pembeli.
Iklan
komersil kadang didefinisikan sebagai salah satu bentuk “informasi” dan yang
memasang iklan adalah “yang memberi informasi.” Implikasinya fungsi iklan
adalah untuk memberikan informasi kepada konsumen. Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa
lebih dari separuh iklan televisi tidak memuat informsi tentang produk yang
diiklankan dan hanya separuh dari emua
iklan di majalah yang memberikan lebih dari satu informasi. Kita lihat beberapa
banyak informasi yang diberikan dari iklan-iklan berikut ini :
“Connect with style” (handphone
Nokia)
“Malboro Country” (rokok Malboro)
“Inside every woman is a glow just
waiting to come out” (sabun Dove)
Iklan
sering tidak memuat banyak informasi objektif karena alasan yang sederhana,
yaitu bahwa fungsi utamanya bukan untuk memberikan informasi yang tidak bias.
Dan fungsi sesungguhnya adalah untuk menjual sebuah produk kepada para calon
pembeli dan apa pun informasi yang dibawa iklan tersebut sifatnya hanya sebagai
tambahan dari fungsi dasar dan biasanya informasi tersebut ditentukan oleh
fungsi dasar.
Salah satu
cara lain yang lebih baik untuk mengarakteristikkan iklan komersial adalah
dalam kaitannya dengan hubungan pembeli-penjual. Iklan komersial dapat
didefinisikan sebagai jenis komunikasi tertentu antara penjual dengan calon
pembeli. Dan jenis komunikasi ini berbeda dari komunikasi dalam dua hal.
Pertama, iklan ditujukan pada khalayak ramai yang berbeda dari pesan yang
disampaikan pada individu. Karena sifat publik tersebut, iklan bisa dipastikan
memiliki pengaruh-pengaruh sosial yang luas.
Kedua,
iklan dimaksudkan untuk mendorong sebagian orang yang melihat atau membacanya
untuk membeli produk yang dimaksudkan. Iklan dikatakan berhasil memenuhi tujuan
itu dalam dua cara; (a) dengan menciptakan keinginan dalam diri konsumen untuk
membeli produk yang dimaksud dan (b) dengan menciptakan keyakinan dalam diri
konsumen bahwa produk tersebut merupakan sarana untuk memenuhi keinginan yang
telah ada dalam diri konsumen.
Iklan itu
sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud
untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen dengan kata lain
mendekatkan konsumen dengan produsen.
3
Sasaran
akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa
dijual kepada konsumen.Dengan kata lain,pada hakikatnya secara positif iklan
adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang konsumen dapat
dijual kepada konsumen.
Untuk
melihat persoalan iklan dari segi etika bisnis,kami ingin menyoroti empat hal
penting, yaitu fungsi iklan, beberapa persoalan etis sehubungan dengan iklan,
arti etis dari menipu dalam iklan dan
kebebasan konsumen
B. Fungsi
iklan
Pada
umumnya kita menemukan dua pandangan berbeda mengenai fungsi iklan.Keduanya
menampilkan dua model iklan yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing
,yaitu iklan sebagai pemberi informasi dan iklan sebagai pembentuk pendapat
umum.
a. Iklan
sebagai Pemberi Informasi
Pendapat pertama melihat iklan terutama sebagai pemberi
informasi. Iklan merupakan media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya
kepada masyarakat tentang produk yang akan atau sedang ditawarkan dalam pasar.
Yang ditekankan di sini adalah bahwa
iklan berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataannya yang
serinci mungkin tentang suatu produk. Sasaran iklan adalah agar konsumen dapat
mengetahui dengan baik produk itu sehingga akhirnya memutuskan untuk membeli
produk itu. Namun, apakah dalam kenyataannya pembeli membeli produk tersebut
atau tidak, itu merupakan sasaran paling jauh. Sasaran dekat yang lebih
mendesak adalah agar konsumen tahu tentang produk itu, kegunaannya,
kelebihannya, dan kemudahan-kemudahannya.
Dalam kaitan dengan itu, iklan sebagai pemberi informasi
menyerahkan keputusan untuk membeli kepada konsumen itu sendiri. Maka, iklan
hanyalahmedia informasi yang netral untuk membantu pembeli memutuskan secara
tepat dalam membeli produk tertentu demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena
itu, iklan lalu mirip seperti brosur.
Namun, ini tidak berarti iklan yang informatif tampil secara tidak menarik.
Kendati hanya sebagai informasi, iklan dapat tetap dapat tampil menarik tanpa
keinginan untuk memanipulasi masyarakat.
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar
kepada konsumen, ada tiga pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara
moral atas informasi yang disampaikan sebuah iklan. Pertama, produsen yang
memeiliki produk tersebut. Kedua, biro iklan yang mengemas iklan dalam segala
dimensi etisnya: etis, estetik, infomatif, dan sebagainya. Ketiga, bintang
iklan.
4
Dalam perkembangan di masa yang akan datang, iklan
informatif akan lebih di gemari. Karena, pertama, masyarakat semakin kritis dan
tidak lagi mudah didohongi atau bahkan ditipu oleh iklan-iklan yang tidak
mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Kedua, masyarakat sudah bosan bahkan
muak dengan berbagai iklan hanya melebih-lebihkan suatu produk. Ketiga, peran
Lembaga Konsumen yang semakin gencar memberi informasi yang benar dan akurat
kepada konsumen menjadi tantangan serius bagi iklan.
b. Iklan
sebagai pembentuk pendapat umum
Berbeda dengan fungsi iklan sebagai pemberi informasi, dalam
wujudnya yang laik iklan dilihat sebagai suatu cara untuk mempengaruhi pendapat
umum masyarakat tentang sebuah produk. Dalam hal ini fungsi iklan mirip dengan
fungsi propaganda politik yang berusaha
mempengaruhi massa pemilih. Dengan kata lain, fungsi iklan adalah untuk menarik
massa konsumen untuk membeli produk itu. Caranya dengan menampilkan model iklan
yang manupulatif, persuasif, dan tendensius dengan maksud untuk menggiring
konsumen untuk membeli produk tersebut. Karena itu, model iklan ini juga
disebut sebagai iklan manipulatif.
Secara etis, iklan manipulasi jelas dilarang karena iklan
semacam itu benar-benar memanipulasi manusia, dan segala aspek kehidupannya,
sebagai alat demi tujuan tertentu di luar diri manusia. Iklan persuasif sangat
beragam sifatnya sehingga kadang-kadang sulit untuk dinilai etis tidaknya iklan
semacam itu. Bahkan batas antara manipulasi terang-terangan dan persuasi
kadang-kadang sulit ditentukan.
Untuk bisa membuat penilaian yang lebih memadai mengenai
iklan persuasif, ada baiknya kita bedakan dua macam persuasi: persuasi rasional
dan persuasi non-rasional. Persuasi rasional tetap mengahargai otonomi
atau kebebasan individu dalam membeli sebuah produk, sedangkan persuasi non-rasional tidak menghiraukan otonomi atau kebebasan individu.
Suatu persuasi dianggap rasional sejauh daya persuasinya
terletak pada isi argumen itu. Persuasi rasional bersifat impersonal.ia tidak
di hiraukan siapa sasaran dari argumen itu.yang penting adalah isi argumen
tepat.dalam kaitan dengan iklan,itu berati bahwa iklan yang mengandalkan
persuasi rasional lebih menekankan isi iklan yang mau disampaikan
.jadi,kebenaran iklan itulah yang ditonjolkan dan dengan demikian konsumen
terdorong untuk membeli produk tersebut.maka,iklan semacam itumemang berisi
informasi yang benar,hanya saja kebenaran informasi tersebut ditampilkan dalam
wujud yang sedemikian menonjol dan kuat sehingga konsumen terdorong untuk
membelinya.dengan kata lain,persuasinya didasarkan pada fakta yang bisa
dipertanggung jawabkan.
5
Berbada dengan persuasi rassional, non-rasional umumnya hanya
memanfaatkan aspek (kelemahan) psikologis manusia untuk membuat konsumen bisa
terpukau, tertarik, dan terdorong untuk membeli produk yang diiklankan itu.
Daya persuasinya tidak pada argumen yang berifat rasional, melainkan pada cara
penampilan. Maka, yang di pentingkan adalah kesan yang ditampilkan dengan
memanfaatkan efek suara (desahan), mimik, lampu, gerakan tubuh, dan semacamnya.
Juga logikaiklan tidak diperhatikan dengan baik.
Iklan yang menggunakan cara persuasi dianggap tidak etis
kalau persuasi itu bersifat non-rasional. Pertama, karena iklan semacam itu
tidak mengatakan mengenai apa yang sebenarnya, melainkan memanipulasi aspek
psikologis manusia melalui penampilan iklan yang menggiurkan dan penuh bujuk
rayu. Kedua, karena iklan semacam ini merongrong kebebasan memilih pada
konsumen. Konsumen dipaksa dan didorong secara halus untuk mengikuti kemauan
pengiklan , bukan atas dasar pertimbangan yang rasional dan terbukti
kebenaranya.
B. Beberapa Persoalan Etis
Ada
beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang
manipulatif dan persuasif non-rasional. Pertama, iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia. Dalam banyak
kasus ini jelas sekali terlihat. Iklan membuat manusia tidak lagi dihargai
kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu. Banyak
pilihan dan pola konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah pilihan iklan.
Manusia didikte oleh iklan dan tunduk pada kemauan iklan, khususnya iklan
manupulatif dan persuasif yang tidak rasional. Ini justru sangat bertentangan
dengan imperatif moral Kant bahwa manusia tidak boleh diperlakukan hanya
sebagai alat demi kepentingan lain di luar dirinya, termasuk dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada fenomena iklan manipulatif, manusia
benar-benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan tidak
sekedar di beri informasi untuk membantunya memilih produk tertentu.
Kedua, dalam kaitan dengan itu, iklan
manipulatif dan persuasif non-rasional menciptakan kebutuhan manusia dengan
akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara ekonomis hal ini tidak baik
karena dengan demikian akan menciptakan permintaan ikut menaikkan daya beli
masyarakat. Bahkan, dapat memacu prduktivitas kerja manusia hanya memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bertambah dan meluas itu. Namun, di pihak lain muncul
masyarakat konsumtif, di mana banyak dari apa
yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan benar-benar
kebutuhan.
6
Ketiga, yang menjadi persoalan etis yang
serius adalah bahwa iklan manipulatif dan persuasif non-rasional malah
membentuk dan menentukan identitas atau citra memiliki barang sebagaimana
ditawarkan iklan. Ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai minyak rambut
seperti diiklankan bintang film terkenal, dan seterusnya. Identitas manusia
modern lalu hanyalah identitas massal, serba sama, serba tiruan, serba polesan,
serba instan.
Keempat, bagi masyarakat Indonesia dengan
tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang tinggi, iklan merongrong rasa
keadilan sosial masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba mewah sangat
ironis dengan kenyataan sosial di mana banyak anggota masyarakat masih berjuang
untuk sadar hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas
dengan sesamanya yang miskin.
Kendati
dalam kenyataan praktis sulit menilai secara umum etis tidaknya iklan tertentu,
ada baiknya kami paaparkan beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan
dalam iklan. Pertama, iklan tdak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan
maksud memperdaya konsumen. Masyarakat dan konsumen tidak boleh diperdaya oleh
iklan untuk membeli produk tertentu. Mereka juga tidak boleh dirugikan hanya
karenatelah diperdaya oleh iklan tertentu. Kedua, iklan wajib menyampaikan
semua informasi tentang produk tertentu, khususnya menyangkut keamanan dan
keselamatan manusia. Ketiga, iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan,
khususnya secara kasar dan terang-terangan. Keempat, iklan tidak boleh mengarah
pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas: tindak kekerasan, penipuan,
pelecehan seksual, diskriminasi, perendahan martabat manusia dan sebagainya.
C. Makna Etis Menipu dalam Iklan
Entah
sebagai pemberi informasi atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan pada
akhirnya membentuk citra sebuah produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata
masyarakat. Citra ini terbentukk bukan terutama karena bunyi atau penampilan
iklan itu sendiri, melainkan terutama terbentuk oleh kesesuaian antara
kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan apa yang disampaikan dalam iklan
itu, entah secara tersurat ataupun tersirat. Karena itu, iklan sering
dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi sebuah
perusahaan atau produk.
Prinsip
etika bisnis yang paling relevan di sini adalah prinsip kejujuran, yakni
mengatakan hal yang benar dan tidak menipu. Prinsip ini tidak hanya menyangkut
kepentingan banyak orang, melainkan juga pada akhirnya menyangkut kepentingan
perusahaan atau bisnis seluruhnya sebagai sebuah profesi yang baik.
7
Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa iklan yang dan karena itu secara moral dikutuk
adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai
dengan kenyataan dengan maksud menipu atau yang menampilkan pernyataan yang
bisa menimbulkan penafsiran yang keliru pada pihak konsumen yang sesungguhnya
berhak mendapatkan informasi yang benar apa adanya tentang produk yang
ditawarkan dalam pasar. Dengan kata lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan
yang baik dan diterima secara moral adalah iklan yang mem beri pernyataan atau
informasi yang benar sebagaimana adanya.
D. Kebebasan Konsumen
Setelah
kita melihat fungsi iklan, masalah etis dalam iklan, dan makna etis dari menipu
dalam iklan, ada baiknya kita singgung sekilas mengenai peran iklan dalam
ekonomi, khususnya pasar. Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting,
sebab iklan menentukan hubungan antara produsen dan konsumen. Secara lebih
konkrit, iklan menentukan pula hubungan penawaran dan permintaan antara
produsen dan pembeli, yang pada gilirannya ikut pula menentukan harga barang
yang dijual dalam pasar.
Kode etik
periklananan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan ini.
Tetapi, perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak: ahli etika,
konsumen (atau lembaga konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintah, tokoh
agama dan tokoh masyarakat tertentu, tanpa harus berarti merampas kemandirian
profesi periklanan. Yang juga penting adalah bahwa profesi periklanan dan
organisasi profesi periklanan perlu benar-benar punya komitmen moral untuk
mewujudkan iklan yang baik bagi masyarakat. Namun, kalau ini pun tidak memadai,
kita membutuhkan perangkat legal politis, dalam bentuk aturan
perundang-undangan tentang periklanan beserta sikap tegas tanpa kompromi dari
pemerintah, melalui departemen terkait, untuk menegakkan dan menjamin iklan
yang baik bagi masyarakat.
8
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan
uraian bahasan “ Iklan dan Dimensi Etisnya“ dapat disimpulkan bahwa :
Hendaknya menggunakan iklan dengan bijak
sehingga tidak menimbulkan kontrofersi di masyarakat.
B. SARAN
Bertolak dari
pembahasan Ilkan dan Dimensi Etisnya penyusun memberikan saran sebagai berikut
:
Bagi pembaca penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
9
D A F T A R P U S T A K A
Ruky,
Achmad S. 2000, Menjadi Manajer Internasional, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2003, Tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah. Bagian Organisasi Setda Kabupaten Natuna.
10
IKLAN
DAN DIMENSI ETISNYA
Makalah
Etika Bisnis
Dosen
: Said Muhammad Rahimin, S.Ag.MM
Oleh :
1. Ekawati
2. Zahir
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NATUNA
JURUSAN
EKONOMI ISLAM
SEMESTER
III D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar